[FlashFiction] Bintang
Terbaring di atas kasur dalam gelap, sementara wangi seprai yang baru diganti menggelitik hidung. Di atasnya adalah jendela yang terbuka, menyajikan hamparan bintang-bintang untuk dijelajahi oleh matanya. Lalu di sisinya... ada orang yang bisa membuatnya jantungnya berdegup kencang.
Ya. Kamar cowok yang satu ini--Reo namanya--memang terletak di lantai paling atas rumah. Bisa dibilang bekas loteng. Satu sisi miring, hingga bentuk ruang kamar itu lebih mirip segitiga siku-siku. Tak ada banyak barang di kamar itu. Hanya sebuah kasur, meja tulis, kursi putar dan sebuah lemari kayu kecil.
Tentu, Reo tak pernah bosan berada di kamar itu, apalagi jika malam telah tiba. Ia bisa mengagumi bintang-bintang lewat jendela yang rasanya sangat dekat dengan langit. Jika ia menjulurkan tangan saja, bintang-bintang itu rasanya sudah ada dalam genggaman.
"Aku suka melihat bintang di sini. Apalagi bersamamu."
Segaris senyum terbit di wajah Reo saat mendengar bisikan itu. Ia menoleh, menatap gadis yang warna kulitnya bagaikan bulan. Gadis itu juga tersenyum. Sebuah senyum yang khidmat dan nyata.
"Kita bisa terus melihatnya bersama-sama. Asal malam tiba dan kau ada di sini."
Senyum dibalas senyum. Reo memejamkan mata, menikmati tiap detik dengan sepenuh hatinya. Berdoa pada bintang agar malam tak akan berakhir.
... karena ketika bintang ditelan pagi dan cahaya menerobos masuk ke dalam kamar itu... gadis itu pun akan menghilang bersama para bintang. Tapi tak masalah, karena ketika bintang kembali datang, Reo bisa menikmati kebersamaan itu lagi, kan?
---------------
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku
Ya. Kamar cowok yang satu ini--Reo namanya--memang terletak di lantai paling atas rumah. Bisa dibilang bekas loteng. Satu sisi miring, hingga bentuk ruang kamar itu lebih mirip segitiga siku-siku. Tak ada banyak barang di kamar itu. Hanya sebuah kasur, meja tulis, kursi putar dan sebuah lemari kayu kecil.
Tentu, Reo tak pernah bosan berada di kamar itu, apalagi jika malam telah tiba. Ia bisa mengagumi bintang-bintang lewat jendela yang rasanya sangat dekat dengan langit. Jika ia menjulurkan tangan saja, bintang-bintang itu rasanya sudah ada dalam genggaman.
"Aku suka melihat bintang di sini. Apalagi bersamamu."
Segaris senyum terbit di wajah Reo saat mendengar bisikan itu. Ia menoleh, menatap gadis yang warna kulitnya bagaikan bulan. Gadis itu juga tersenyum. Sebuah senyum yang khidmat dan nyata.
"Kita bisa terus melihatnya bersama-sama. Asal malam tiba dan kau ada di sini."
Senyum dibalas senyum. Reo memejamkan mata, menikmati tiap detik dengan sepenuh hatinya. Berdoa pada bintang agar malam tak akan berakhir.
... karena ketika bintang ditelan pagi dan cahaya menerobos masuk ke dalam kamar itu... gadis itu pun akan menghilang bersama para bintang. Tapi tak masalah, karena ketika bintang kembali datang, Reo bisa menikmati kebersamaan itu lagi, kan?
---------------
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku
No comments: