[Flash Fiction] Di balik Kaca Itu, Aku
Si seribu wajah.
Bahkan sampai sekarang pun aku tak tahu. Apakah itu julukan yang bagus? Atau jelek? Apakah itu artinya aku sangat pandai berakting di layar kaca, atau aku hanyalah satu dari sekian orang yang sangat pandai menjilat?
Pemenang berbagai penghargaan pendatang baru...
Meski berasal dari desa...
Wajahnya biasa...
Ah, itukah maksudnya? Susah payah aku membuktikan bahwa tidak diperlukan wajah cantik untuk berhasil di dunia akting. Hal terpenting adalah kemampuan akting itu sendiri. Tapi mereka justru menggunakannya untuk menyerangku. Katanya aku sangat pandai berakting, merayu sana-sini demi mendapat peran.
Penampilan begitu tapi laku keras, pasti ada apa-apanya!
Mereka bicara di belakang, tapi mengatakannya dengan keras. Pura-pura tidak dengar pun sudah tidak mempan lagi. Begitu hebatnya gosip-gosip itu, sampai terkadang aku melihat ke cermin dan bertanya pada diriku sendiri, "benarkah yang mereka katakan? Semua sikap bersahabat ke orang-orang produksi itu, apakah itu hanya kepalsuanku? Aktingku? Siapa aku sebenarnya?"
#%$#FFGFYTR%^$%$%^$
Gosip-gosip itu semakin keras dan semakin sering juga aku berkaca.
Mata yang menatap balik itu adalah aku. Alis itu, bibir itu, pipi itu, semuanya. Penjual sayur, penjual ikan, pengusaha sukses, pelacur, mahasiswa, ibu-ibu rumah tangga, gembong narkoba, mafia... Mereka semua memiliki wajahku. Sifat yang berbeda-beda itu pun semuanya adalah aku.
Sekali lagi aku menegakkan kepala.
Karena aku adalah seorang aktris.
*Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku
Bahkan sampai sekarang pun aku tak tahu. Apakah itu julukan yang bagus? Atau jelek? Apakah itu artinya aku sangat pandai berakting di layar kaca, atau aku hanyalah satu dari sekian orang yang sangat pandai menjilat?
Pemenang berbagai penghargaan pendatang baru...
Meski berasal dari desa...
Wajahnya biasa...
Ah, itukah maksudnya? Susah payah aku membuktikan bahwa tidak diperlukan wajah cantik untuk berhasil di dunia akting. Hal terpenting adalah kemampuan akting itu sendiri. Tapi mereka justru menggunakannya untuk menyerangku. Katanya aku sangat pandai berakting, merayu sana-sini demi mendapat peran.
Penampilan begitu tapi laku keras, pasti ada apa-apanya!
Mereka bicara di belakang, tapi mengatakannya dengan keras. Pura-pura tidak dengar pun sudah tidak mempan lagi. Begitu hebatnya gosip-gosip itu, sampai terkadang aku melihat ke cermin dan bertanya pada diriku sendiri, "benarkah yang mereka katakan? Semua sikap bersahabat ke orang-orang produksi itu, apakah itu hanya kepalsuanku? Aktingku? Siapa aku sebenarnya?"
#%$#FFGFYTR%^$%$%^$
Gosip-gosip itu semakin keras dan semakin sering juga aku berkaca.
Mata yang menatap balik itu adalah aku. Alis itu, bibir itu, pipi itu, semuanya. Penjual sayur, penjual ikan, pengusaha sukses, pelacur, mahasiswa, ibu-ibu rumah tangga, gembong narkoba, mafia... Mereka semua memiliki wajahku. Sifat yang berbeda-beda itu pun semuanya adalah aku.
Sekali lagi aku menegakkan kepala.
Karena aku adalah seorang aktris.
*Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku
No comments: