[#FF2in1] Kamu Milikku
"Aku sudah punya pacar."
Sekarang, tiap kali akan menekan nomor telepon itu, aku selalu terngiang kata-katanya. Satu kalimat yang keluar dari sahabat baikku, Yoga. Harusnya aku senang kalau akhirnya dia punya pacar. Toh, aku juga punya. (sudah putus, sih. Sebulan? Setahun? Entah. Sakitnya masih sama.)
Mungkin aku hanya merasa tidak enak membebaninya dengan masalah putus cintaku. Sebelum pernyataan itu meluncur dari mulutnya, aku selalu meneleponnya di jam-jam segini. Jam sepuluh, saat kebanyakan penduduk kompleks sudah tidur dan para dukun keluar cari wejangan. Rasanya tenang kalau bicara padanya, apalagi sejak mantanku sudah punya pacar baru. Yoga selalu tahu harus bilang apa untuk membuat tangisku mereda.
Oh, kapan ya Yoga pertama kali mengaku punya pacar? Kemarin? Kemarin lusa? Entah. Aku hanya mendapati diriku menatap layar ponsel dengan hampa entah sudah berapa lama. Persis seperti saat...
DIIING.
Aku hampir terlonjak saat layar gelap ponsel mendadak bersinar. Benda itu bergetar di atas kasurku, menandakan adanya telepon masuk dari nomor yang sangat kukenal.
Yoga.
"Halo?"
Tuh, kan. Baru satu kata saja dan aku sudah meleleh. Padahal dia hanya teman...
"Biasanya kamu telepon jam sepuluh. Tapi ponselku belum berdering, jadi kupikir..."
Hening. Aku ingin bicara, tapi ada suatu gejolak dalam dadaku yang menahan suaraku. Tenggorokanku terasa kering. Di ujung sana, Yoga juga terdiam untuk beberapa saat.
"Kamu kepikiran soal kata-kataku kemarin malam, ya? Jangan dipikirin. Aku bohong."
Entah aku harus merasa lega atau tidak. Yang aku tahu, aku sudah meluncurkan suatu kalimat dengan suara parau.
"Jangan pacaran. Kamu milikku."
Hening lagi.
"Apa itu berarti..."
"Kamu teman terbaikku satu-satunya."
"Oke..."
Ya, mungkin aku memang cewek jahat. Anggap saja itu pembalasan karena dia sudah bohong padaku.Tapi setidaknya, dadaku sudah tidak terasa sesak seperti sebelum dia meneleponku tadi.
--END--
by karasuhibari
Jakarta, 6 Mei 2015
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku
Sekarang, tiap kali akan menekan nomor telepon itu, aku selalu terngiang kata-katanya. Satu kalimat yang keluar dari sahabat baikku, Yoga. Harusnya aku senang kalau akhirnya dia punya pacar. Toh, aku juga punya. (sudah putus, sih. Sebulan? Setahun? Entah. Sakitnya masih sama.)
Mungkin aku hanya merasa tidak enak membebaninya dengan masalah putus cintaku. Sebelum pernyataan itu meluncur dari mulutnya, aku selalu meneleponnya di jam-jam segini. Jam sepuluh, saat kebanyakan penduduk kompleks sudah tidur dan para dukun keluar cari wejangan. Rasanya tenang kalau bicara padanya, apalagi sejak mantanku sudah punya pacar baru. Yoga selalu tahu harus bilang apa untuk membuat tangisku mereda.
Oh, kapan ya Yoga pertama kali mengaku punya pacar? Kemarin? Kemarin lusa? Entah. Aku hanya mendapati diriku menatap layar ponsel dengan hampa entah sudah berapa lama. Persis seperti saat...
DIIING.
Aku hampir terlonjak saat layar gelap ponsel mendadak bersinar. Benda itu bergetar di atas kasurku, menandakan adanya telepon masuk dari nomor yang sangat kukenal.
Yoga.
"Halo?"
Tuh, kan. Baru satu kata saja dan aku sudah meleleh. Padahal dia hanya teman...
"Biasanya kamu telepon jam sepuluh. Tapi ponselku belum berdering, jadi kupikir..."
Hening. Aku ingin bicara, tapi ada suatu gejolak dalam dadaku yang menahan suaraku. Tenggorokanku terasa kering. Di ujung sana, Yoga juga terdiam untuk beberapa saat.
"Kamu kepikiran soal kata-kataku kemarin malam, ya? Jangan dipikirin. Aku bohong."
Entah aku harus merasa lega atau tidak. Yang aku tahu, aku sudah meluncurkan suatu kalimat dengan suara parau.
"Jangan pacaran. Kamu milikku."
Hening lagi.
"Apa itu berarti..."
"Kamu teman terbaikku satu-satunya."
"Oke..."
Ya, mungkin aku memang cewek jahat. Anggap saja itu pembalasan karena dia sudah bohong padaku.Tapi setidaknya, dadaku sudah tidak terasa sesak seperti sebelum dia meneleponku tadi.
--END--
by karasuhibari
Jakarta, 6 Mei 2015
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku
No comments: